Senin, 16 Maret 2020

Mantra Bodhisatwa Tara

Bodhisatwa Tara 



"om tare tuttare ture soha"

Bodhisatwa Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodhisattva Avalokiteshvara. Avalokiteshvara memiliki belas kasih yang tiada terukur pada semua makhluk. Meskipun beliau telah berusaha untuk menolong semua makhluk, beliau merasa sangat sedih karena begitu banyaknya makhluk hidup yang terus jatuh tanpa harapan ke dalam alam kehidupan yang rendah seperti neraka. Ia melihat bahwa hanya sedikit makhluk hidup yang menempuh jalan menuju pencerahan.

Saat mengucapkan kekecewaannya, yang keluar oleh belas kasih yang tak terlukiskan, Bodhisatwa Avalokiteshvara menangis dalam kesedihan, beliau berkata: “Oh Orang Mulia, jangan abaikan tanggung jawab mulia membawa kebajikan bagi semua makhluk. Aku telah tertarik serta telah turut bergembira pada Anda semua yang perbuatannya tanpa keakuan. Aku memahami betapa sulitnya yang engkau laksanakan. Namun demikian, jika aku menampakkan diri sebagai Bodhisattva wanita dengan nama Tara, sebagai pasangan bagimu, selanjutnya mungkin dapat membantumu dalam menjalankan tugasmu yang menakjubkan.”

Mendengar aspirasi demikian dari Bodhisatwa Tara, Avalokiteshvara dipenuhi dengan tekad yang baru untuk membawa kebajikan bagi semua makhluk, dan pada saat itu keduanya, Avalokiteshvara dan Tara diberkati oleh Sang Buddha Amitabha atas tekadnya dalam jalan Bodhisatwa.

Mantra Bhaisajyaguru 




Bhaisajyaguru Buddha 


Namo bhagavate bhaiṣajyaguru vaiḍūryaprabharājāya
tathāgatāya arahate samyaksambuddhāya tadyathā:
oṃ bhaiṣajye bhaiṣajye bhaiṣajya-samudgate svāhā.


Buddha Penyembuhan (Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagatha) adalah salah satu dari ketiga Buddha utama dalam objek pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu. Lebih dikenal sebagai *Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan.*. Beliau sangat dekat di hati pemujanya karena banyak diantara mereka yang benar-benar telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai penyakit.

Kemanjuran dari Sang Buddha dalam mencegah bencana dan memberikan kemakmuran disamping menyembuhkan penyakit telah menarik sejumlah pengikut dan pemuja yang cukup besar sejak Dinasti C'hin Timur (AD 317—420) sampai sekarang. Sutra Buddha Pengobatan (Bhaisajya Sutra) yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin pada masa itu, memberikan gambaran yang lengkap tentang Buddha tanpa bandingan itu, tanah Buddha dan keduabelas Ikrar Agung-Nya. Sekalipun demikian, sutra yang diterje­mahkan oleh Guru Tripitaka Hsuan Tsang (bhiksu yang terkenal dari dinasti T'ang) kemudian dan dikenal sebagai Sutra Guru Penyembuhan (Bhaisajyaguru-Vaidurya-Prabhasa-Tathagatha) menjadi lebih terkenal dan dibaca oleh kebanyakan orang di masa ini.

Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana seperti kelaparan, kekeringan dan wabah, memberikan panjang umur dan membantu yang meninggal




Ratana Sutta (Sutta Permata)


Ratana Sutta (Sutta Permata)

Yanidha bhutani samagatani, 
bhummani va yani va antalikkhe; 
Sabbe va bhuta sumana bhavantu. 
Athopi sakkacca sunantu bhasitam.

Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, semoga semua makhluk itu bahagia. Demikian juga, semoga mereka mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan.

Tasma hi bhuta nisametha sabbe, 
mettam karotha manusiya pajaya; 
Diva ca ratto ca haranti ye balim, 
tasma hi ne rakkhatha appamatta.

Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik. Pancarkanlah kasih sayang kepada umat manusia yang siang malam memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka dengan setulus hati.

Yam kinci vittam idha va huram va, 
saggesu va yam ratanam panitam; 
Na no samam atthi Tathagatena, 
idampi Buddhe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu

Harta apapun yang ada di sini atau di dunia lain, atau permata tak ternilai apa pun yang ada di alam-alam surga, tidak ada satu pun yang sebanding dengan Sang Tathagata. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Khayam viragam amatam panitam, 
yad-ajjhaga Sakyamuni samahito; 
Na tena dhammena samatthi kinci, 
idampi Dhamme ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Manusia bijak dari suku Sakya, yang tenang pikirannya, telah mewujudkan penghentian yang bebas dari nafsu, yang bebas dari kematian, dan luar biasa. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan keadaan itu. Permata tak ternilai ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian !

Yem Buddhasettho parivannayi sucim, 
samadhim-anantarikannam-ahu, 
samadhim tena samo na vijjati; 
Idampi Dhamme ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Buddha yang agung memuji meditasi murni yang segera memberikan hasil. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan meditasi itu. Permata berharga ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Ye puggala attha satam pasattha, 
cattari etani yugani honti, 
te dakkhineyya Sugatassa savaka, 
etesu dinnani mahapphalani; 
Idampi Sanghe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Delapan individu yang dipuji oleh orang-orang baik2 terdiri dari empat pasang.3 Mereka adalah siswa-siswa Sang Buddha, yang pantas menerima persembahan. Apapun yang dipersembahkan kepada mereka akan memberikan buah yang melimpah. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

ye suppayutta manasa dalhena, 
nikkamino Gotamasasanamhi; 
te pattipatta amatam vigayha, 
laddha mudha nibbutim bhujamana; 
Idampi Sanghe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Mereka yang terbebas dari nafsu semuanya mantap di dalam ajaran Gotama yang berpikiran teguh. Mereka telah mencapai apa yang harus dicapai karena telah menyelam ke dalam Nibbana yang bebas dari kematian. Mereka menikmati Kedamaian yang dicapai, yang tak ternilai. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Yathindakhilo pathavissito siya, 
catubbhi vatehi asampakampiyo; 
Tathupamam sappurisam vadami, 
yo ariyasaccani avecca passati; 
Idampi Sanghe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Bagaikan gerbang kota yang berfondasi kokoh tidak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru, demikianlah kunyatakan bahwa orang yang sepenuhnya memahami Kebenaran Mulia adalah orang yang baik. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Ye ariyasaccani vibhavayanti, 
gambhirapannena sudesitani; 
Kincapi te honti bhusam pamatta, 
na te bhavam atthamam-adiyanti; 
Idampi Sanghe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Mereka yang dengan jernih memahami Kebenaran Mulia yang telah diajarkan dengan baik oleh Yang Maha Bijaksana, betapapun tidak berhati-hatinya mereka itu, mereka tidak akan terlahir untuk kedelapan kalinya. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Saha-vassa dassanasampadaya, 
tayassu dhamma jahita bhavanti; 
Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, 
silabbatam va pi yad-atthi kinci; 
Catuh-apayehi ca vippamutto, 
chaccabhithanani abhabba katum, 
idampi Sanghe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Tiga kondisi telah ditinggalkan oleh dia pada saat mencapai pandangan terang,4 yaitu: (i) pandangan salah tentang diri, (ii) keraguan, dan (iii) pandangan salah bahwa ritual dan upacara dapat menyelamatkan. Dia juga telah sepenuhnya terbebas dari empat keadaan menderita5 dan tidak dapat lagi melakukan enam kejahatan.6 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian !

Kincapi so kammam karoti papakam, 
kayena vaca uda cetasa va; 
Abhabbo so tassa paticchadaya, 
abhhabbata ditthapadassa vutta; 
Idampi Sanghe ratana panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Kejahatan apa pun yang dilakukan, baik lewat tubuh, ucapan atau pikiran, tak dapat disembunyikannya. Karena telah dikatakan bahwa tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang telah melihat Sang Jalan.7 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Vanappagumbe yatha phussitagge, 
gimhina mise pathamasmim gimhe; 
Tathupamam dhammavaram adesayi, 
nibbinagamim paramam hitaya; 
Idampi Buddhe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Bagaikan pohon-pohon yang pucuknya berbunga pada bulan-bulan pertama musim panas, begitu juga ajaran tertinggi yang menuju ke Nibbana ini diajarkan untuk tujuan tertinggi. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Varo varannu varado varaharo, 
anuttaro dhammavaram adesayi; 
Idampi Buddhe ratanam panitam, 
etena saccena suvatthi hotu.

Yang Luar Biasa, Yang Maha Mengetahui, Sang Pemberi yang luar biasa, dan Sang Pembawa Kesempurnaan telah membabarkan ajaran yang luar biasa. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Khinam puranam, 
nava n'atthi sambhavam, 
virattacitta-yatike bhavasmim,
te kninabija avirulnichanda nibbanti dnira yatnayam padipo;
Idampi Sanghe ratanam panitam, 

etena saccena suvatthi hotu.

Dengan musnahnya (kamma) lampau, tidak ada (kamma) baru yang dihasilkan, maka pikiran pun tak melekat pada kelahiran di masa depan — mereka telah menghancurkan benih-benih tumimbal lahir. Nafsu-nafsu tidak lagi muncul dan para bijaksana itu pergi, sama seperti lampu ini.8 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

Yanidha bhutani samagatani, 
bhummani va yani va antaikkhe; 
Tathagatam deva-manussa-pujitam, 
Buddhanam namassama suvatthi hotu.

Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Buddha. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!

Yanidha bhutani samagatini, 
bhummani va yani va antalikkhe; 
Tathagatam deva-manussa-pujitam, 
Dhammam namassama suvatthi hotu.

Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari ruang angkasa, marilah kita menghormat Dhamma. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!

Yanidha bhutani samagatini, 
bhummani va yani va antalikkhe; 
Tathagatam deva-manussa-pujitam, 
Sangham namassama suvatthi hotu.

Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Sangha. Sang Tathagata, dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!



Catatan
  1. Permata atau batu mulia. Lihat Paramatthajotika I, hal. 165, II, hal. 278, edisi Helmer Smith, Pali Text Society, London, cetak ulang 1966.
  2. Paramatthajotika I, hal. 275: satam pasattha ti sappurisehi Buddha-paccekabuddhasavakehi annehi ca devamanussehi pasattha.
  3. Mereka yang mencapai tingkat kesucian pertama, yaitu pemenang-arus (sotapatti) dan buahnya; dengan demikian keduanya ini menjadi sepasang. Begitu juga tingkat kesucian kedua yaitu Yang-kembali-sekali-lagi (sakadagami), tingkat kesucian ketiga yaitu Yang tak-kembali-lagi (anagami) dan Yang-mulia (arahatta). Demikian maka terbentuk delapan individu.
  4. Pandangan terang (dassana): Sang Jalan dan Buah dari Pemenang-arus (sotapatti).
  5. (i) Naraka (keadaan yang menderita), (ii) alam binatang, (iii) alam setan, (iv) alam raksasa.
  6. (i) Membunuh ibu, (ii) membunuh ayah, (iii) membunuh orang suci, (iv) memecah-belah Sangha, (v) melukai seorang Buddha, (vi) mengukuhi pandangan salah.
  7. Sang Jalan (pada) menunjuk pada Pemenang-arus (sotapatti), tahap dimana Sang Calon memahami Nibbana untuk pertama kalinya.
  8. Di sini Nibbana dilukiskan dengan perumpamaan sebuah lampu. Asvaghosa menjelaskannya sebagai berikut: ‘Seperti sebuah lampu, ketika ia padam, tidak ke sana dan tidak kemari, tidak di bumi tidak juga di langit, tidak di arah ini tidak juga di arah itu, setelah sepenuhnya padam karena minyaknya habis, begitu juga seorang suci mencapai Nirvana ketika nafsu dan gairahnya yang kuat telah habis. Dia tidak pergi ke sini maupun ke sana, tetapi mencapai kedamaian seutuhnya.’ (Saundaranandakavya, Bab XVI, syair 28).
(terjemahan dari https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/ratana-sutta-2/ )



Rabu, 21 November 2018

Chimi Lhakhang, Kuil Kesuburan



Chinmi Lhakkang
Mungkin tempat ini yang paling fenomenal di antara semua wihara bahkan semua tempat yang dikunjungi di Bhutan.  Setiap kali kemari, saya berkata teman yang lain, jika di Indonesia pasti sudah didemo besar-besaran sampai berjilid-jilid untuk menutup wihara ini.  Teruskan membaca, nanti anda tahu mengapa saya mengatakan begitu.

Chimi Lhakhang adalah sebuah wihara Buddhis yang terletak di distrik Punakha dan dikenal sebagai wihara kesuburan.  Di sepanjang jalan menuju wihara ini, terlihat penampakan lukisan dinding dan dekorasi yang kurang lazim di banyak tempat.  Nah, lukisan dan dekorasi itu berbentuk penis yang mereka sebut dengan Phallus. Tentunya pasti ada cerita dibaliknya, begini kisahnya…

Gambar Phallus di dinding rumah penduduk 
Dahulu kala, terdapat seorang biksu yang bernama Drukpa Kunley, beliau diyakini merupakan salah satu biksu yang berjasa membawa agama Buddha dari Tibet ke Bhutan.  Beliau dikenal memiliki metode pembelajaran yang agak aneh dan lagu-lagunya yang penuh humor dan agak porno sehingga ia dikenal sebagai divine madman, orang gila yang sakti.  Ia datang Punakha dengan tujuan menjinakkan siluman berbentuk anjing dari Dochula dan diyakini ia berhasil mengalahkan siluman itu dengan senjata rahasianya yaitu penisnya yang disebut dengan thunderbolt of wisdom.  Dan siluman terkalahkan ini ditangkap dan dimasukkan dalam chorten (stupa) yang dibangun di wihara ini dengan sebutan Chi Mi yang berarti tiada anjing.  Sejak saat itu, Phallus menjadi simbol kemakmuran dan keberuntungan, juga digunakan untuk menolak bala dan menangkis kekuatan siluman dan kejahatan.  Tidak heran lagi khan mengapa banyak lukisan dan ornamen Phallus di sini. 


Chi Mi Chorten

Satu pelajaran yang bisa didapat adalah janganlah menilai dan menghakimi tanpa memahami sejarah dan latar belakang yang ada.  Sesuatu yang terlihat aneh atau sesat belum tentu lah aneh dan sesat, sebaliknya bisa jadi kita lah yang aneh dan sesat. 

Di dalam ruangan puja terdapat rupang divine madman atau Drukpa Kunley dan tentunya phallus-phallus yang terbuat dari kayu.  Jangan sembarangan disentuh apalagi digunakan untuk bermain-main yah.  Saya jadi teringat dengan ajaran Hindu, mereka juga menggunakan Phallus tetapi dengan nama yang berbeda yaitu Lingga dan pasangannya Yoni.  Jika anda berkunjung ke candi-candi peninggalan Hindu, masih sering bertemu dengan bekas peninggalan Lingga Yoni ini.  Sebutlah Candi Cetho, sebuah candi yang dibangun pada akhir jaman kerajaan Majapahit di lereng gunung Lawu daerah Karang Anyar juga sangat banyak relief dan patung dari Phallus yang juga diyakini sebagai simbol kesuburan. 

Lanjut sedikit sebagai penutup, rombongan kami bahagia sekali karena bertemu dengan para Biksu cilik sehingga kami berkesempatan memberikan dana alat tulis dan pinsil warna kepada mereka dan tentunya ditutup dengan foto bersama dengan para guru kecil ini. Kadinche (Terima kasih).
Foto bersama Biksu Cilik

Zhing Kham Resort

ZhingKham Resort

Dari semua hotel yang kita tempati, saya hanya tertarik menuliskan hotel ini karena memang cukup menarik dan memberikan banyak kenangan.  Hotel ini terletak di Punakha dan tidak jauh dari Punakha Dzong, kurang lebih 15-20 menit dengan mobil melewati lika-liku dan menanjak cukup tinggi.  Hotel ini bernama Zhingkham Resort, dari Bahasa dzongkha dan berarti Surga.  Memang tidak mudah untuk masuk surga, butuh proses dan perjuangan untuk meraihnya.
Dari depan lobby hotel terlihat jelas kemewahan Punakha Dzong secara keseluruhan, benar-benar bagaikan seorang dewa sedang memantau dunia ini dari atas sana. 
Oleh bell-girl, Kami ditunjukkan posisi cottage, wau nun tinggi di sana dan dengan ragu saya bertanya apakah ada lift untuk tiba di sana.  Dengan pasti ia menjawab, “No. Sir” dan segera dilanjutkan olehnya “I will bring your luggage to your room”.  Aman deh..  kemudian dia mengatakan restoran ada di sebelah Lobby, untuk makan malam dan sarapan di tempat itu.  Haduhhh…

Balkon Kamar
Hotel ini termasuk baru, mereka hanya memiliki 5 cottage yang berlantai 2.  Masing-masing cottage memiliki 8 kamar. Wuihhh pas banget untuk rombongan kita yang berjumlah 16 orang.  Semua kamar memiliki balkon dengan pemandangan yang luar biasa.  Nikmat mana lagi yang kau ingkari, demikian sabda teman-temanku.  Setelah mandi, jam makan malam pun tiba dan berangkat lah kami bersenjatakan perut lapar dengan semangat 45 menyerbu restoran.  Setelah makan kami duduk di balkon restoran untu menikmati hawa dingin sambil ngobrol dengan tema dari Sabang sampai Merauke, dari Dari Miangas Sampai Pulau Rote. Setelah semua selesai, kembalilah kita mendaki untuk tiba di peraduan terindah malam itu.

Pagi-pagi, begitu bangun saya langsung menuju balkon untuk memantau situasi dan kondisi, wauuu segar sekali.  Telihat temanku sudah jalan pagi mengelilingi resort. Aku pun terpanggil untuk keluar kamar dan ikutan mengelilingi resort sambil menunggu jam buka restoran.  Di jalan bertemu dengan induk anjing dengan anak-anaknya, temanku Ko Sun Lie berkata induk anjingnya jinak dan damai sekali yah, biasanya induk anjing tidak akan mengizinkan orang menyentuh anak-anaknya.  Aku berpikir karena induk anjing sudah percaya karena tahu bahwa orang Bhutan tidak terbiasa menyakiti makhluk hidup. 


Ketika mau check out, wanita-wanita perkasa sudah tiba di depan kamar-kamar kami dan siap membantu mengangkat koper-koper sampai di mobil.  Saya, Hartono dan Tomi pun tertantang untuk membantu mereka menaikkan koper dan kita pun ikutan memanjat ke atas mobil untuk mengoper dan menyusun koper bersama supir.  Sebuah pengalaman yang menyenangkan.  Sebuah kebersamaan yang membahagiakan…





Cie Duo Tigooo
This is a Happy Moment



Punakha Dzong


Foto bersama di depan Punakha Dzong
Punakha Dzong, juga dikenal sebagai Pungtang Dewa Chhenbi Phodrang yang berarti istana kebahagiaan agung.  Menurutku, Dzong ini adalah yang terindah di antara yang lainnya.  Dzong ini terletak di atas sebuah pulau kecil yang berbentuk bagaikan gajah.  Pulau kecil ini berada di pertemuan sungai Pho Chhu (ayah) dan Mo Chhu (ibu) di lembah Punakha–Wangdue.  Dibangun oleh Ngawang Namgyal, Zhabdrung Rinpoche pertama, pada tahun 1637–1638, istana ini merupakan dzong yang tertua kedua dan terbesar kedua di Bhutan dan salah satu yang bangunannya paling megah.  Punakha Dzong merupakan pusat administrasi pemerintahan dan pusat pemerintahan Bhutan hingga tahun 1955, ketika ibukotanya dipindahkan ke Thimphu.


Tangga Punakha Dzong
Melewati jembatan kayu untuk sampai ke pintu gerbang Dzong, sangat cocok sebagai tempat berfoto maupun swa-foto di sana.  Jembatan kayu terawat dengan sangat baik, fotolah ke di arah kanan dengan background Dzong dan sungai.  Seperti Dzong yang lain, Punakha Dzong juga merupakan kantor administrasi pemerintahan yang dilarang diakses oleh pengunjung dan bagian wihara yang bebas dikunjungi.  Zhabdrung Rimpoche meninggal di sini dan jenasahnya yang dibalsem juga diletakkan di salah satu ruangan di Dzong ini tetapi hanya raja dan Je Khempo (pimpinan biksu) yang diizinkan memasuki ruangan itu.  
Pintu masuk Dzong ini cukup tinggi, terdiri dari tangga batu dan dilanjutkan dengan tangga kayu. Tangganya agak terjal, berhati-hatilah khususnya ketika turun.  Jadilah saksi mata untuk keindahan gedung, ornamen-ornamen, lukisan dinding dan patung Buddha Bodhisatwa yang sangat memukau di Dzong ini.  
Tidak ada pembagian untuk toilet laki-laki dan perempuan karena tidak ada biksuni di tempat ini sehingga harus rela berbagi toilet di sini.  Memang kualitas toiletnya tidaklah seindah dan sebersih bagian lain dari Dzong.  Sebenarnya saya agak heran dengan kondisi ini. Padahal toilet adalah salah satu tempat terpenting bagi manusia, di Thailand dinamakan Hong Nam yang berarti tempat yang berbahagia.

Memberikan dana kepada pelajar di Bhutan


Sebagai catatan dan saran kecil, kepada para sahabat dalam rombongan kami, saya sarankan untuk membawa beberapa peralatan tulis seperti pensil, penghapus, rautan atau pensil warna supaya dapat dibagikan kepada para pelajar di sana baik yang berjubah maupun tidak.  Mereka tidak akan meminta jika tidak dikasih, dan mereka juga tidak akan berebutan bagaikan lebah mengerumi bunga.  Memang sebuah budaya yang lubis.  Teringat ujaran indah "Perdamaian dunia dimulai dari hati yang tulus"

Punakha Suspension Bridge


PSB adalah salah satu jembatan gantung terpanjang di Bhutan. Panjangnya 160-180 m, berada di atas sungai Po Chhu. Cukup menantang adrenalin karena jembatan ini bergoyang ketika ada gerakan. Bendera doa berwarna-warni digantung sepanjang jembatan yang berlatar belakang gunung. Indah sekali. Bonus yang diperoleh selama di Bhutan adalah udara segarnya yang melimpah.  


Untuk sampai di jembatan ini, kita harus berjalan kurang lebih 5-10 menit, dan ada satu hal yang agak unik yaitu ada semacam perbatasan sekitar 80 cm yang dibuat dengan kayu dan kita harus menaiki dan langsung menuruni 3-4 undakan tangga.  Saya dan teman menduga bahwa itu sengaja dibuat agar sapi-sapi mereka tidak melewati batas tanah dan hilang entah kemana.  Masuk akal khan yah? Memangnya Anda pernah melihat sapi naik-turun tangga?








Bagi yang takut ketinggian dan Kia si (takut mati), jembatan ini dapat dijadikan sebuah tantangan untuk mengalahkan diri sendiri dan bertekad untuk tiba di seberang sana.  Diujung jembatan terdapat sebuah cafe dan toko souvenir kecil.  Jembatan gantung ini wajib dikunjungi jika sudah mampir ke Punakha Dzong karena letaknya berdekatan.  Menyeberanglah, Menyeberanglah..

Mantra Bodhisatwa Tara

Bodhisatwa Tara  "om tare tuttare ture soha" Bodhisatwa Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodh...